Permainan Congklak
TAICHING : Tergerus zaman, berbagai permainan
tradisional ditinggalkan dan terganti oleh permainan modern. Tak jarang,
congklak, dan permainan tradisional lainnya dianggap kuno. Tetapi, tahukah
kalau permainan congklak juga syarat akan nilai pendidikan karakter yang baik
bagi generasi penerus bangsa?
Permainan tradisional berangsur-angsur mulai ditinggalkan
karena pergeseran zaman. Teknologi yang semakin canggih membuat banyak orang
lebih memilih memainkan gadgetnya, mereka lupa kalau Indonesia memiliki begitu
banyak permainan tradisional yang penuh dengan unsur kebudayaan. Bahkan,
beberapa dari mereka tidak tahu satupun permainan tersebut.
Congklak merupakan satu dari 2600 permainan tradisional yang
ada di Indonesia. (https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20180817120306-241-323001/permainan-tradisional-puncak-dari-segala-kebudayaan)
Permainan ini memiliki banyak nama, di Jawa permainan ini familiar dengan
sebutan Dhakon. Congkak adalah sebutan yang berkembang di daerah Sumatera,
sedangkan di Lampung permainan ini populer dengan nama dentuman Lamban. Dalam
bahasa arab, congklak disebut Mancala, dalam bahasa Inggris Mancala memiliki
makna “untuk bergerak”.
Permainan congklak telah lama berkembang di Asia, khususnya
kawasan Melayu. Menurut sejarah, congklak pertama kali masuk dan berkembang di
Indonesia dibawa oleh bangsa Arab yang datang untuk berdagang dan berdakwah.
Arkeologi dan beberapa ahli percaya bahwa congklak berasal dari Timur Tengah
lalu menyebar ke Afrika. Lalu, congklak berkembang hingga ke Asia oleh pedagang
Arab. Banya ahli yang menduga bahwa permainan congklak mungkin merupakan papan
permainan tertua yang pernah ada di dunia. (https://budayajawa.id/sejarah-permainan-congklak/)
Congklak dimainkan 2 orang yang berhadapan menggunakan papan
yang terbuat dari kayu atau plastik dengan panjang 40-50 centimeter. Papan
tersebut lengkap dengan 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang
besar di kedua sisinya (kanan dan kiri). Masing-masing pemain dibagi 7 lubang
kecil dan 1 lubang besar.
Nantinya lubang-lubang kecil diisi 5-7 biji yang terbuat
dari kerang atau biji sawo, sedangkan lubang besar dibiarkan kosong, anggaplah
lubang besar tersebut merupakan gudang penyimpanan pemain. Cara bermainnya sangat
mudah, 2 orang pemain bergantian untuk memilih satu lubang kecil miliknya untuk
dipindahkan satu persatu ke lubang lainnya searah jarum jam, hingga biji yang
digenggaman habis. Permainan akan berakhir ketika semua lubang kecil kosong,
dan semua biji berada di lubang besar. Kemenangan ditentukan dari jumlah biji
terbanyak yang berada di lubang besar masing-masing pemain.
Tak hanya asal bermain, anak yang suka bermain congklak jiwa
dagang dan ketajaman berpikirnya akan terasah. Permainan congklak dapat
merangsang kemampuan berhitung. Karena, dalam bermain congklak tentu penuh
strategi, bagaimananya untuk menang dan memperoleh banyak biji.
Permainan congklak yang terlihat sederhana ini sebenarnya
syarat akan nilai pendidikan karakter yang kuat. Selain mengasah otak, bermain
congklak juga dapat mengajarkan jujur dan taat pada aturan yang berlaku.
Karena, saat pemain menggenggam sejumlah biji di tangannya dan menjatuhkannya
di setiap lubang, lawan main tidak benar-benar melihat berapa jumlah biji yang
digenggam, dan apakah biji benar-benar dijatuhkan satu persatu atau tidak, atau
malah lebih dari satu. Di sinilah kejujuran dilatih. Karena aturan main telah
disepakati bersama, jadi sebisa mungkin pemain tidak curang dalam permainan.
Bermain congklak juga melatih kesabaran, karena pemain
dibiasakan sabar menunggu gilirannya bermain. Ketika permainan selesai pun
tidak ada yang bertikai mempermasalahkan yang menang dan kalah. Anak-anak
biasanya menyelesaikan permainan dengan hati yang senang dan menerima
kenyataan, siapapun pemenangnya.
Begitu banyak nilai dan pelajaran yang dapat diambil dari
permainan congklak, bahkan, masih banyak nilai lain yang terkandung di dalam
permainan tradisional tersebut. Ada baiknya, berbagai permainan tradisional
yang ada di Indonesia dilestarikan. Seharusnya, anak-anak lebih bangga
memainkan permainan tradisional dibandingkan dengan permainan atau game modern
yang ada di gadget. Hal tersebut agar generasi penerus bangsa tetap memiliki
karakter yang khas Indonesia.
Terbit di: Web Portal Indonesia, Indonesia.go.id
Comments
Post a Comment